Minggu, 08 April 2012

Menjadi pribadi yang bermanfaat

Harta tidak akan pernah bisa mempertahankan kehidupan di muka bumi. Sehebat apapun usaha manusia untuk memperpanjang hidupnya, kematian pasti akan tiba pada saat yang telah ditentukan. Sebelum menyesal, masih ada kesempatan untuk membuat harta kita menjadi abadi. Caranya: transferlah harta anda ke akhirat. Salurkan kekayaan anda melalui lembaga-lembaga sosial yang membantu fakir miskin dan anak yatim, lebih dari itu wakafkan harta anda untuk pelayanan sosial seperti masjid, sekolah pendidikan agama dan rumah sakit. Dari sini harta anda akan bergerak mencarikan pahala untuk anda. Dari sini kecapean yang selama ini anda lakukan tidak akan menjadi sia-sia. Anda kelak ditunggu oleh harta anda di surga.



GELAS TUMPAH SESUAI ISINYA
Apabila sebuah gelas kita isi dengan air putih maka jika sudah penuh akan menumpahkan air putih juga. Begitu juga jika ke dalam gelas itu kita isi air kopi maka kalau gelas itu meluber dan tumpah yang keluar adalah air kopi.
Begitu pun dengan hati kita, jika hari demi hari diisi dengan pembicaraanAgama, kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan masa depan kampung akhirat, maka ketika kita meninggal dunia hati kita akan mengeluarkan isinya: Allah….Allah….Allah …..Laa ilaaha illallah, dan inilah akhir hidup yang didambakan semua orang Islam yaitu Khusnul Khotimah.
Tapi apabila hari demi hari, hati kita diisi dengan pembicaraan dunia, digunakan untuk memikirkan dan melulu hanya mengurus dunia, maka dapat ditebak ketika meninggal dunia, isi hati yang ia tumpahkan adalah tentang dunia (harta, pangkat, jabatan, anak, istri), Naudzubillah! Inilah akhir kehidupan orang yang telah gagal dalam menjalani hidupnya di dunia mati dalam keadaan su’ul khotimah.
Barangsiapa merasa cukup dengan apa yang telah diberikan Allah, maka dia kaya.
Barangsiapa suka memandang harta orang lain, dia akan mati miskin.
Barangsiapa tidak redha (tidak rela) dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya, maka dia telah menentang keputusanNya (qadha’Nya)

Barangsiapa memandang remeh kesalahannya, maka dia akan memandang besar kesalahan orang lain.
Barangsiapa memandang besar kesalahannya, maka dia akan memandang remeh kesalahan orang lain.
Barangsiapa membuka aib orang lain, maka aib keturunannya akan tersingkap.
Barangsiapa menggali lubang untuk mencelakakan saudaranya, maka dia sendiri akan terjerumus ke dalamnya.
Barangsiapa bergaul dengan ulama, maka dia akan dimuliakan.
Barangsiapa memasuki tempat-tempat biasa dikunjungi orang-orang bodoh, maka dia akan direndahkan.
Dan barangsiapa memasuki tempat-tempat kemaksiatan, maka dia akan dituduh berbuat maksiat.
===============================
Dan Dialah yg telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing2 dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?
Tiap2 yg berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yg sebenar2nya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
(Q.S. Al Anbiyaa’ : 33-35)
====================
Tapi ternyata kita masih menyimpan beban itu di pundak kita. Membawanya keman-mana. Ke sepanjang kehidupan kita.
Lalu kita pun meringkih sakit …Kita terlanjur mejadi ragu dan patah semangat.
Saat mencoba kesempatan kedua. Ketika kita pernah salah dan kalah di kesempatan pertama. Kita terus dibayangi ketakutan bahwa di masa yang akan datang. Kejadian buruk itu akan terulang.
Maka kita memasukkan se-ton lagi beban masa depan ke dalam pundak kita hari ini.
Terseok-seok berjalan, lalu jatuh …
Saudaraku … Kita harus belajar memaafkan diri kita sendiri. Bertaubat dan membuka ruang baru untuk kesempatan kedua.
Kita harus menurunkan beban di pundak kita. Menyimpan beban masa lalu di gudang sejarah dan kenangan … menjadikannya hikmah berharga, sebagai bekal di perjalanan.
Lalu membiarkan beban tentang hari esok tetap berada di tempatnya.
Toh, ketika kita terus berjalan di garis kehidupan kita, Dan beban itu ‘ternyata’ memang jatah kita. Maka pada saat yang tepat kita akan benar-benar mengangkutnya
Maka fokuslah pada beban kita hari ini. Lakukan, kerjakan, selesaikan. Kadangkala waktu adalah penyelesaian terbaik dari masalah yang kita hadapi
Fokuslah pada Masalah Hari ini. Segera selesaikan… Karena menunda menyelesaikan masalah, akan membuat perjalanan kita menuju masa depan terhambat dan tertunda lebih lama.
Jika ada masalah di masa lalu yang belum tuntas dan menghantui perjalanan kita, maka akuilah … carilah apa masalahnya, apakah masih mungkin diselesaikan ? Jika orangnya masih hidup,maka temuilah.
Lebih baik bertanya hal yang selama ini membuatmu berprasangka dan membuat lemah. Lakukan rekonsiliasi dan saling memaafkan… hingga gumpalan sesak di dada jadi lunak dan melegakan.
Jika bebanmu berkaitan dengan orang yang sudah meninggal, maka kau perlu menyelesaikan urusan dengan dirimu sendiri. Memafkan dan berdoa. Allah Tahu apa yang lebih baik untuk kita.
“Beban masa lalu yang telah pergi, dan beban masa depan yang belum terjadi hanya akan menambah berat beban hari ini, jika kita memikirkan semuanya sekarang”
Seperti riwayat Nasihat Rasulullah pada Abu dzar :
“wahai Abu Dzar ringankanlah beban, sebab rintangan di depan sulit diatasi. Perbanyaklah perbekalan, sebab perjalanan ini panjang. Kokohkanlah perahu, sebab samudra begiotu dalam. Dan ikhlaskanlah dalam beramal, Sebab sang pengawas menyaksikan ”
Tutuplah buku lama dan mulailah lembaran baru. Menatap lurus ke depan, perbanyak bekal dan terus melangkah..

Tidak ada komentar: