Senin, 09 April 2012

cerita hikmah islami – kumpulan cerita-cerita hikmah islami

================== cerita hikmah islami – kumpulan cerita-cerita hikmah islami – kumpulan kisah penuh hikmah islami – kisah hikmah islam ================== “Kisah Orang yang Memukuli Ayahnya” Di sebuah jalan raya, terlihat ada seorang pemuda belia, berkulit coklat, berotot kuat, di tangannya sebuah tongkat keras, yang dia gunakan untuk memukuli seorang laki-laki tua yang telah berusia enam puluh tahun. Orang tua itu berbadan kurus, diam tidak mengaduhkan pukulan tersebut. Orang-orang di sekitarnya berkerumun melihat mereka berdua, bermaksud hendak membebaskannya. Salah seorang dari mereka berkata kepada pemuda itu, “Mengapa kamu memukuli orang tua malang ini? Tidakkah kamu takut kepada Allah?” Orang yang lain berkata, “Apa yang telah diperbuatnya sehingga kamu memukulinya dengan keras seperti ini?” Akan tetapi pemuda itu terus memukuli orang tua tersebut dan tidak menoleh sedikit pun kepada mereka. Orang yang lain lagi berkata, “Tidakkah kamu takut kalau ada seseorang yang memukuli ayahmu seperti ini?” Kemudian orang (yang terakhir) itu menoleh kepada orang-orang di sekitarnya dan mengatakan kepada mereka, “Kalian harus mengadukan pemuda ini kepada ayahnya, barangkali dia akan menegur dan memarahinya. Siapa yang mengetahui ayah dari pemuda yang kejam ini?” Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang terlihat memiliki wibawa dan kehormatan. Dia berkata dengan tenang, “Aku tahu pemuda ini, dan aku tahu siapa ayahnya. Sesungguhnya pemuda itu sedang memukuli ayahnya. Orang tua malang yang dipukulinya ini adalah ayahnya sendiri.” Mendengar hal itu orang-orang tercengang, raut wajah mereka berubah karena keterheranan yang amat sangat. Sungguh aneh, bagaimana mungkin ada seorang anak yang memukuli ayahnya sendiri dengan kejam seperti ini? Mereka pun menyerang pemuda itu dan membebaskan sang ayah dari pukulan anaknya. Namun sambil terengah-engah, ayahnya berkata, “Biarkan aku, sungguh Allah Ta’ala telah membalasku. Dahulu ketika aku masih muda, aku pernah memukuli ayahku sama seperti ini, hanya karena dia meminta sebagian uang dariku.” Orang-orang merasa takjub karena keadilan Allah Ta’ala. Allah berfirman,artinya, ”Dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya).” (Fushshilat: 46). ( Aqibah Uquq al-Walidain, hal. 130-131.) Di posting oleh : Abu Thalhah Andri Abdul Halim, dinukil dari : “Sungguh Merugi Siapa yang Mendapati Orang Tuanya Masih Hidup Tapi Tidak Meraih Surga”, karya : Ghalib bin Sulaiman bin Su’ud al-Harbi. Edisi terjemah cet. Pustaka Darul Haq Jakarta. ================== cerita hikmah islami – kumpulan cerita-cerita hikmah islami – kumpulan kisah penuh hikmah islami – kisah hikmah islam ================== ”Suatu saat ketika Rasulullah saw sedang duduk – duduk bersama sahabatnya, Rasulullah s.a.w bersabda, “Sebentar lagi, salah satu ahli surga akan muncul di hadapan kalian.” Tak lama, seorang laki-laki dari kaum Anshar muncul dengan sisa air wudhu masih menetes dari janggutnya. Ia menenteng terompah di tangan kirinya. Hari berikutnya, Rasulullah mengulang perkataannya dan orang itu kembali melintas seperti pada kali pertama. Di hari ketiga, Rasulullah mengulang perkataannya, dan kejadian itu kembali terulang. Mendengar ucapan Rasulullah, Abdullah bin Amr mengikuti lelaki yang dimaksud Rasulullah lalu berkata kepadanya, “Aku bertengkar dengan ayahku, aku tidak akan menemuinya tiga hari, apakah engkau berkenan memberiku tempat menginap?” lelaki itu menjawab, “Silahkan, dengan senang hati.” Abdullah bin Amr pun menginap di rumah lelaki itu hingga tiga malam berlalu dan Abdullah belum melihat dari laki-laki itu melakukan amal yang disebut sebagai penghuni surga. Sehingga Abdullah memberanikan diri bertanya, “Sudah tiga hari disini, aku tidak melihatmu mengerjakan amal yang membanggakan. Mengapa Rasul menyebutmu sebagai salah satu calon penghuni surga?”. Lelaki itu menjawab, “Aku memang tidak melakukan amalan-amalan yang istimewa, tetapi sebelum tidur, aku mengingat kesalahan-kesalahan saudaraku seiman, lalu aku berusaha untuk memaafkannya. Aku hilangkan rasa dengki dan iri terhadap karunia Allah yang diberikan kepada saudaraku.” Setelah mendengar itu, Abdullah berkata, “Ya, itulah yang menyebabkan engkau disebut sebagai calon penghuni surga.” Salam Ukhuwah sahabat..^_^ ================== cerita hikmah islami – kumpulan cerita-cerita hikmah islami – kumpulan kisah penuh hikmah islami – kisah hikmah islam ================== Ya Allah, bahagiakanlah saudara kami yg masih sendiri untuk segera mendapatkan jodohnya, pasangan yang baik akhlaknya, mencintai dengan setulus hatinya, berani berkorban, sanggup bekerja keras, bertanggungjawab pd keluarga, kokoh aqidahnya & sanggup berjuang dijalanMu untuk mewujudkan Keluarga Sakinah, Mawaddah Wa Rahmah. Ya Allah, kabulkanlah doa kami ================== cerita hikmah islami – kumpulan cerita-cerita hikmah islami – kumpulan kisah penuh hikmah islami – kisah hikmah islam ================== Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa pada suatu hari Luqman Hakim telah masuk ke dalam pasar dengan menaiki seekor himar, dan anaknya mengikut dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, setengah orang-orang pun berkata, ‘Lihat orang tua itu yang tidak punya rasa kasihan karena anaknya dibiarkan berjalan kaki.” Setelah mendengarkan desas-desus dari orang-orang maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu diletakkan anaknya di atas himar itu. Melihat yang demikian, maka orang di passar itu berkata pula, “Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya enak saja menaiki himar itu, sungguh kurang adab anak itu.” Mendengar kata-kata orang di pasar itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang himar itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang ramai kini berkata lagi, “Lihatlah itu dua orang menaiki seekor himar, sungguh sangat menyiksa himar itu.” Kerana tidak suka mendengar percakapan orang-orang di pasar itu, maka Luqman dan anaknya turun dari himar itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, “Dua orang kok berjalan kaki, sedangkan himar itu tidak dikenderai, betapa bodohnya mereka” Dalam perjalanan pulang ke rumah, Luqman Hakim telah menasihatai anaknya tentang sikap manusia dan ocehan mereka, katanya, “Sesungguhnya tidak akan terlepas seseorang itu dari pergunjingan manusia. Dan hanya orang yang berakal yang akan mengambil pertimbangan hanya kepada Allah S.W.T saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam setiap urusan hidupnya.” Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya, “Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, iaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (keperibadiannya), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya.” ================== cerita hikmah islami – kumpulan cerita-cerita hikmah islami – kumpulan kisah penuh hikmah islami – kisah hikmah islam ================== Assalamu’alaikum sahabat MPS^_^ Kemenangan terbesar kita bukanlah saat kita tidak pernah gagal Tetapi kemampuan kita untuk selalu bangkit setiap kegagalan yang menimpa kita Penghalang terbesar manusia untuk meraih sukses dan keberhasilan adalah rasa takut Takut akan kegagalan, takut akan penolakan, takut akan kerugian dan takut akan ketidakpastian Ada dua macam manusia di dunia ini Mereka yang mencari alasan dan Mereka yang mencari keberhasilan Orang yang mencari alasan selalu mencari alasan mengapa pekerjaannya tidak selesai dan orang yang mencari keberhasilan selalu mencari alasan mengapa pekerjaannya dapat terselesaikan Shobahul Khair..^_^ ================== cerita hikmah islami – kumpulan cerita-cerita hikmah islami – kumpulan kisah penuh hikmah islami – kisah hikmah islam ================== Ukhuwah itu bukan jalan seperti gunting Meski lurus namun memisahkan yang menyatu Ukhuwah berjalan seperti jarum Meski menusuk dan menyakitkan namun ia menyatukan yang terpisah Ukhuwah bukan hanya untuk bersenang-senang Tapi saling mengingatkan dan menegeur dengan jujur saat lupa Menguatkan saat rapuh Mendampingi saat terhempas Ukhuwah bukan saling menopang saat gundah Tapi saling berbagi dalam canda Saling menguatkan dalam cita dan bersama dalam perjuangan Ia indah… Karena ia hadir bagi orang-orang yang rela berpeluh payah dalam penantian menggapai jannah Mari saling mengeratkan jalinan ini, agar tak terasa lelah untuk mencapai ridha-Nya. ^_^ ================== cerita hikmah islami – kumpulan cerita-cerita hikmah islami – kumpulan kisah penuh hikmah islami – kisah hikmah islam ================== Untukmu para wanita yang dirindui SyurgaNya Ingat ukhty, janganlah sekali kali kalian membuka diri kepada lelaki yang sudah beristri, Janganlah sekali kali kalian berbicara dengan suara lemah lembut kepada Ajnaby terlebih lebih kepada orang yang telah beristri, Kau tau ukh ?? apa yang kita kerjaakan hari ini akan mendapat Balasannya dikemudian hari, Kau tau ukh ?? betapa hancurnya hati istri yang suami nya ternyata suka ngobrol dengan wanita lain Kau yakin tidak ukh Jika suatu saat pun kau akan merasakan hal yang sama ?? Ingat itu ukh !! Semua akan ada balasannya Sungguh, Wanita adalah makhluk terindah yang diciptakan Allah Ta’ala, namun juga fitnah terbesar bagi lelaki. Wajahmu adalah fitnah bagi lelaki. Telapak tanganmu dapat membuka fitnah bagi lelaki. Suara wanita adalah aurat jika dilemah-lembutkan dan dapat menimbulkan syahwat atau hal-hal yang tidak baik pada lelaki yang berpenyakit hatinya, wallahu a’lam. ================== cerita hikmah islami – kumpulan cerita-cerita hikmah islami – kumpulan kisah penuh hikmah islami – kisah hikmah islam ================== Suami Istri lagi duduk malam mingguan di depan rumah sambil minum air jahe hangat Abi : ummii Ke toko perhiasan yuk Ummi : ngapaen bi ?? Abi mau beliin cincin untuk ummi ? Abi : Engga mi, Abi cuma mau tanya berapa harga berlian di mata kamu. Ummi : *senyum malu malu ^_^ v^^, ================== cerita hikmah islami – kumpulan cerita-cerita hikmah islami – kumpulan kisah penuh hikmah islami – kisah hikmah islam ================== Cowok : mungkin cukup sudah kisah kita berakhir disini, aku hanya ingin belajar lebih baik dan mengenal dirimu tanpa pacaran hingga tiba saatnya aku meminangmu kelak. Cewek : Jika memang keputusanmu demikian, tak apa. aku pun akan berusaha menjadi lebih baik serta menjadi wanita yang memang mampu membuat para bidadari langit cemburu. Cowok : Jadilah engkau seperti bunga lotus dan Azalea … Cewek : Memang kenapa? Cowok : Karena bunga lotus akan tetap Indah meskipun ia harus tinggal di tengah kolam / lumpur yang kotor. Dan bunga azalea, tolong jaga dirimu. untuk ku… Semoga tiba masa-masa indah itu dimana kita bersatu kembali… Indahnya Menikah FULL Barokah ================== cerita hikmah islami – kumpulan cerita-cerita hikmah islami – kumpulan kisah penuh hikmah islami – kisah hikmah islam ================== ♥ Hati wanita itu selembut kapas ♥ Jika bagian ujungnya terkena setetes air, maka akan ikut basahlah seluruh bagiannya… Begitu pula jika terkena percikan api, maka akan ikut terbakarlah seluruhnya…. Maka tempatkanlah ia didalam kotak hatimu, Jagalah dari air (kesedihan) dan api (kecemburuan), Niscaya akan kau dapati terus kelembutannya salaam ukhuwah ================== cerita hikmah islami – kumpulan cerita-cerita hikmah islami – kumpulan kisah penuh hikmah islami – kisah hikmah islam ================== ‘Adi bin Zaid, seorang penyair Arab, berkata: Tidak perlu engkau bertanya tentang (siapa) seseorang itu, namun tanyalah siapa temannya Karena setiap teman meniru temannya Bila engkau berada pada suatu kaum maka bertemanlah dengan orang yang terbaik dari mereka Dan janganlah engkau berteman dengan orang yang rendah/hina niscaya engkau akan hina bersama orang yang hina Karenanya lihat-lihat dan timbang-timbanglah dengan siapa engkau berkawan.

Sudahkah kita benar-benar Mencintai-Nya???




Izinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran

Sudahkah kita benar-benar Mencintai-Nya???

Boy : I Luph U, Please be my girl ?

Girl : Apa buktinya?

Boy : Demi Tuhan, aku tulus mencintaimu, setiap hari aku merindukanmu, bayangmu pun slalu menghantuiku, dan aku rela melakukan apa saja demi membuktikan kesungguhan cintaku padamu.

Girl : Bagaimana kalau orang tuamu tidak menyukaiku?

Boy : Aku sudah dewasa, dan aku berhak memilih jalanku sendiri, jika mereka tdk setuju aku akan meninggalkan mereka demi kamu.

Girl :Kapan pertama kali kau mengenalku? Apakah kamu tahu apa yang aku sukai, apa yg aku benci, dan sejauh mana kau mengerti sifatku?

Boy : Aku mengenalmu sejak kita kelas 1 SMA sampai sekarang kita kuliah semester 6, berarti aku mengenalmu sekitar 6tahun, dan aku jatuh cinta padamu sejak pertama kali kita bertemu.
Kamu gadis yg sederhana, supel, namun tak pernah bergaul bebas dng lelaki, kamu suka membaca dan paling suka berlama-lama di perpus, sdangkan aku tdk suka membaca namun aku suka berlama-lama disana memperhatikan mu yg begitu menikmati buku yg kau baca.
Kamu benci asap rokok, itu terlihat ketika wajahmu yg biasa tersenyum itu berubah cemberut ketika bertemu asap rokok.
Katakanlah,, cwok yang bagaimana yang kamu suka, aku akan berusaha menjadi seperti yang kau minta.

Girl : Listen boy,, I dont need All Ur love,, I dont need All Ur heart. Aku hanya mendambakan seorang pria yang mencintaiku dengan sisa cinta yg ia punya, stelah cintanya kpd Allah dan Rasulallah,,
Let me ask U, did U really love Allah?
Jika jawabanmu iya, Sudahkah kau rela mengorbankan segalanya demi meraih Cinta-Nya seperti engkau rela mengorbankan apa saja demi mendapatkan cintaku? Kau bilang kau rela meninggalkan orang tuamu demi aku, orang tua yg telah melakukan segalanya demi kebahagiaanmu, yg telah membesarkanmu dng curahan kasihnya, hanya demi aku,,,??aku yang belum pernah melakukan apa-apa untukmu?
Jika kau benar-benar mencintai Allah sudahkah kau benar-benar mengenal-Nya? Asmaul husna-Nya? Apa saja yg Allah benci, dan sudahkah kau berusaha menjauhi? Apa saja yg Allah perintahkan, sudahkah kau mengerjakannya?
Sudahkah kau merasa nikmat dan bahagia dng ibadahmu?
Ataukah kau hanya menganggapnya sebagai rutinitas semata?
Sudahkah kau bnyak mengingat dan merindukan-Nya melibihi kau mengingat dan merindukan ku?
Demi Allah yang jiwa kita adalah milik-Nya, hidup kita adalah untuk beribadah pada-Nya, Jangan jadikan cinta kita pada makhluk sebagai tandingan Allah, apalagi sampai melebihi cinta kita pada-Nya.
Selama ini engkau menganggapku teman, tapi aku menganggapmu saudara.. ya, saudara seiman. Jika kau memang mencintai seseorang, cintailah dia karena Allah, karena aku juga sedang belajar mencintai seseorang karena Allah Ta’aala.

Boy : Maafkan aku saudariku, terimakasih telah menyadarkanku,, boleh kah aku tahu, bagaimana caranya agar aku bisa mencintai seseorang karena Allah?

Girl : Mari kita Belajarlah mencintai-Nya, belajar mengenal-Nya, belajar menjadikan Allah yang paling bertahta dihati kita, belajar Islam secara menyuluruh, Jika kita telah benar-benar mencintai Allah , kita akan tahu bagaimana cara mencintai seseorang karena Allah Ta’aala , cinta yang kekal hingga ke Jannah-Nya.

TULISAN CINTA UNTUK MUSLIMAH

Akh Abu Abdillah Fikri

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوذُبِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّأَتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ ، وَمَن يُضْلِلْ فَلاَهَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّإِلَهَ ِإلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَ نْتُمْ مُسْلِمُونَ ال عمران :102
يَاأَ يُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَ رْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا النساء :1
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا الاحزاب : 70-71
أَمَّابَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَالْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّاْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَ لَةٍ فِىالنَّارِ

Wahai Ukhti Muslimah…Wahai wanita yang mengalir keimanan di dalam hatinya…Wahai wanita yang mencintai Allah dan Rasul-Nya…

Engkau yang telah ruku’ dan sujud, mengharap dan berdo’a kepada Allah yang Maha Suci lagi Maha Agung.

Engkau adalah seorang yang mempunyai peran besar dalam kehidupan laki-laki, baik sebagai ibu, istri, saudara perempuan maupun anak.

Wahai permata yang terjaga…Berlapanglah dengan sebuah pertanyaan ini…Tidakkah kalian menginginkan untuk menjadi wanita yang terpilih oleh Allah karena kebaikan…?! Tidakkah kalian ingin mendapatkan keutamaan yang Allah berikan…?!

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35)

Oleh karena itu saya berpesan kepada kalian sebagaimana yang Allah Ta’ala perintahkan:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Orang mukmin yang laki-laki dan orang mukmin yang perempuan sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian (yang lain) mereka menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.” (At-Taubah: 71)

Dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إِسْتَوْ صُوْا بِالنِّسَآءِ خَيْرًا

“Nasihatilah wanita dengan kebaikan.” (Muttafaqun ‘alaihi)[1]

Sungguh Allah Ta’ala senantiasa melihat dan mendengarmu…Sungguh Allah Ta’ala pasti mengawasi dan memperhatikanmu…

Maka hendaklah engkau takut kepada Allah Ta’ala, hindarilah jalanan dan tempat terbuka, karena sungguh jika engkau berada dalam tempat yang terbuka sedang kaum laki-laki melihatmu, haruslah engkau merasa takut dan khawatir terfitnah dan menjadi penyebab fitnah.[2]

Tidakkah engkau perhatikan perkataan sang teladan, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:

مَاتَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku tinggalkan fitnah setelahku yang lebih berbahaya atas laki-laki melebihi fitnahnya wanita.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan An-Nasa’i)[3]

Sungguh berbahaya wahai Saudariku Muslimah jika engkau berada di tempat terbuka, karena perbuatan itu dapat menjadi perantara bagimu dan lawan jenismu untuk mendustakan perintah Allah yang Maha Suci lagi Maha Agung yang berfirman:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An-Nur: 30)

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya…,”

Tidak hanya sampai di situ, bagi wanita, Allah Ta’ala melanjutkan firman-Nya:

وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ

“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya…” (An-Nur: 31)

Tidakkah engkau lihat wahai Ukhti Muslimah, sesungguhnya wanita itu adalah aurat yang bisa menjadi alat dan perantara setan untuk menjerumuskan kebanyakan kaum laki-laki.

المَرْأَةُ عَوْرَةٌ إِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَ فَهَا الشَّيْطَانُ

“Wanita itu adalah aurat. Bila ia keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda laki-laki)[4].” (HR. At-Tirmidzi)[5]

Tidakkah engkau perhatikan wahai Saudariku Mukminah, sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di atas merupakan peringatan bagi kita terhadap fitnahnya wanita…

Tidakkah engkau meninggalkan semua sebab dan wasilah yang membangkitkan gejolak syahwat, seperti ikhtilath (bercampur) dengan yang berlainan jenis, memandang ke tempat-tempat fitnah yang ada pada tubuh lawan jenis yang bukan mahram, dan perbuatan lain semisalnya…!

Demi untuk menghindari ikhtilat, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah memperingatkan kaum wanita agar tidak berjalan di tengah jalan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari di dalam Al-Kuna dan Al-Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya, dari Hamzah bin Abi Usaid Al-Anshari, dari bapaknya radhiyallahu’anhu:

أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ يَقُولُ وَهُوَ خَارِجٌ مَنَ الْمَسْجِدِ فَاخْتَلَطَ الرِّجَالُ مَعَ النِّسَاءِ فِي الطَّرِيقِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ لِلنِّسَءِ اسْتَأْ خِرْنَ فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكُنَّ أَنْ تَحْقُثْنَ الطَّرِيقَ عَلَيْكُنَّ بِحَافَّاتِ الطَّرِيقِ فَكَانَتِ الْمَرْأَةُ تَلْتَصِقُ بِالْجِدَارِ حَتَّى إِنَّ ثَوْ بَهَا لَيَتَعَلَّقُ بِالْجِدَارِ مِنْ لأُصُو قِهَا بِهِ

“Bahwa dia mendengar Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda di saat beliau keluar dari masjid, sedangkan orang-orang laki-laki ikhthilath (bercampur-baur) dengan para wanita di jalan, maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda kepada para wanita: “Minggirlah kamu, karena sesungguhnya kamu tidak berhak berjalan di tengah jalan, kamu wajib berjalan dipinggir jalan.” Maka para wanita merapat di tembok/dinding sampai bajunya terkait di tembok/dinding karena rapatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Abu Daud)

Dan bukankah kita tidak ingin disimpangkan oleh Allah Ta’ala sebagai orang yang memiliki mata yang khianat dan hati yang berpenyakit..!

فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللهُ قُلُوبَهُمْ

“Maka ketika mereka menyimpang, maka Allah pun menyimpangkan hati mereka.” (Ash-Shaff: 5)

يَعْلَمُ خَائِنَةَ اْلأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

“Dia (Allah) mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disempbunyikan di dalam dada.” (Al-Mukmin: 19)

Padahal Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُ نَانِ زِنَاهُمَا الاسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلامُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَاالْخطَا

“Kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengarkan, lidah zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, dan kaki zinanya adalah melangkah.” (Mutafaq ‘alaih)[6]

Tidakkah engkau ingin mendengar kesungguhan dan keikhlasan wanita muslimah yang istiqamah melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya yang ia cintai, yaitu ketika Ummu Humaid istri Abu Humaid As-Sa’idi radhiyallahu’anhuma mendatangi Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku suka shalat bersamamu.” Beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

قَدْعَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلاَةَ مَعِي وَصَلاَتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي حُجْرَتِكِ وَ صَلاَتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِي دَارِكِ وَصَلاَتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ وَصَلاَتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌلَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي مَسْجِدِي قَالَ فَأَمَرَتْ فَبُنِي َلَهَا مَسْجِدٌ فِي أَقْصَى شَيْءٍ مِنْ بَيْتِهَا وَأَظْلَمِهِ فَكَانَتْ تُصَلِّي فِيهِ حَتَّى لَقِيَتِ اللهَ عَزَّوَجَلَّ

“Aku tahu bahwa engkau suka shalat bersamaku, tetapi shalatmu di dalam rumahmu (yang paling dalam) lebih baik daripada shalatmu di dalam kamarmu. Dan shalatmu di dalam kamarmu, lebih baik daripada shalatmu di dalam rumahmu (yang tengah), dan shalatmu di dalam rumahmu (yang tengah), lebih baik daripada shalatmu di masjid kaum-mu. Dan shalatmu di masjid kaum-mu, lebih baik daripada shalatmu di masjidku.” Perawi berkata: “Maka Ummu Humaid memerintahkan (membangun tempat shalat-pen), lalu dibangunlah masjid (yakni tempat untuk shalat) untuknya di ujung rumah di antara rumah-rumahnya, dan yang paling gelap, demi Allah, dia biasa shalat di sana sampai meninggal.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ahmad dan Ibnu Abdil Barr)[7]

Tidaklah Ummu Humaid radhiyallahu’anha melakukannya melainkan karena mengharapkan kecintaan Allah Ta’ala kepadanya, sebagaimana hal ini telah disabdakan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:

إِنَّ أَحَبَّ صَلاَةِ الْمَرْأَةِ إِلَي اللهِ فِي أَشَدِ مَكَانٍ مِنْ بَيْتِهَا ظُلْمَةً

“Sesungguhnya shalat wanita yang paling dicintai oleh Allah adalah (yang dilakukan) ditempat paling gelap di dalam rumahnya”. (HR. Ibnu Khuzaimah)[8]

Wahai Ukhti Muslimah perhatikan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu ini, dimana beliau mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَاوَشَرُّهَا آخِرُهَا، وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَاوَشَرُّهاَ أَوَّلُهَا

“Sebaik-baik shaf pria adalah shaf yang pertama dan sejelek-jelek shaf pria adalah yang paling akhir. Sebaik-baik shaf wanita adalah yang paling akhir dan sejelek-jeleknya yang paling depan.” (HR. Muslim,An-Nasa’i, Abu Daud dan At-Tirmidzi)[9]

Wahai Ukhti Mukminah tidakkah engkau lihat.., perkara di atas berada dalam tempat shalat, bagaimana jika hal ini terjadi di jalanan, di kampus, di pasar, atau pun tempat umum lainnya…?!

Al-Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan ucapan Aisyah radhiyallahu’anha:

لَوْأَدْرَكَ رَسُولُ اللهِ مَاأَحْدَثَ النِّسَاءُ لَمَنَعَهُنَّ كَمَا مُنِعَتْ نِسَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ

“Seandainya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sempat menemui apa yang diada-adakan oleh para wanita (saat ini) niscaya beliau akan melarang mereka sebagaimana dilarangnya wanita-wanita Bani Israil.” (HR. Bukhari dan Muslim)[10]

Dalam riwayat Al-Imam Muslim rahimahullah disebutkan:

“Salah seorang rawi bertanya kepada Amrah binti Abdirrahman (murid Aisyah yang meriwayatkan hadits ini darinya): “Apakah para wanita Bani Israil dilarang ke Masjid?” Amrah menjawab: “Ya, Adapun hal-hal baru yang diada-adakan oleh wanita Bani Israil, diantaranya memakai wangi-wangian, berhias, tabarruj, ikhtilath dan kerusakan-kerusakan lainnya.”

Oleh karena itu wahai Ukhti Muslimah, bersungguh-sungguhlah untuk menghindari tempat terbuka, carilah tempat yang aman dan lebih utama, karena yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Hal ini telah dicontohkan kepada kalian oleh istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan istri-istri para sahabat yang mulia, sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًافَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَآءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُو بِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka, maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53)

Meskipun ayat yang mulia ini berkenaan dengan isteri-isteri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, namun ayat ini memberi pelajaran secara umum, baik bagi istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam maupun wanita-wanita lain, berdasarkan pendapat paling shahih diantara pendapat para ulama. Ayat ini dengan tegas menunjukkan diwajibkannya wanita berhijab dari pandangan laki-laki, untuk itu bagaimana pula kiranya jika kaum wanita berada di tempat terbuka yang tidak memiliki tabir/hijab pembatas?!

Perhatikanlah wahai Saudariku Mukminah, bahwa wajah adalah pusat perpaduan kecantikan wanita, maka bertaqwalah kepada Allah.

Dari Aisyah binti Abu Bakar radhiyallahu’anhuma, bahwa ia berkata:

“Adalah para pengendara melewati kami sedangkan kami bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, sedang berihram. Maka jika mereka lewat di samping kami, maka salah satu di antara kami melabuhkan jilbabnya dari kepalanya agar menutupi wajahnya. Dan tatkala mereka telah berlalu, kami pun membukanya kembali.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnul Jarud dan Al-Baihaqi)[11]

Dari Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu’anhuma, bahwa ia berkata:

كُنَّا نُغَطِّي وُجُوْهَنَا مِنَ الرِّجَالِ

“Kami (para sahabat wanita) menutupi wajah-wajah kami dari kaum laki-laki.” (HR. Al-Hakim dan Malik)[12]

Dari Ashim Al-Ahwal rahimahullah, bahwa ia berkata:

“Kami mengunjungi (untuk belajar) kepada Hafshah binti Sirin rahimahallah sedangkan ia menjadikan jilbabnya untuk bercadar, lalu aku katakan kepadanya: ‘Semoga Allah merahmatimu! Allah Ta’ala telah berfirman: “Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan….” Ashim berkata: ‘Lalu ia (Hafshah binti Sirin) mengatakan kepada kami: “Apa lanjutan ayat tersebut?” Kami menjawab: “…dan berlaku iffah (menjaga kesucian diri) itu lebih baik bagi mereka.” (An-Nuur: 60).

Ia (Hafshah binti Sirin) kemudian berkata: “Lanjutan ayat itu adalah penetapan syari’at hijab (bagi wanita tua seperti aku)”. (Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi)[13]

Alhamdulillah, semoga nasihat ini dapat menjadi kebaikan untuk kalian wahai Saudariku Muslimah…

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَلاً مُّبِينًا

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, (dengan) sesat yang nyata.” (Al-Ahzab: 36)

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan ihsan.

وَعَيْنُ الرِّضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةٌ

كَمَا أَنَّ عَيْنَ السُّخْطِ تُبْدِي الْمَسَاوِيَا

Mata yang penuh ridha akan terpejam dari segala aib yang ia lihat

Sedangkan mata yang penuh kebencian yang ia lihat hanyalah keburukan.

نَظَرُوْا بِعَيْنِ عَدَاوَةٍ لَوْ أَنَّهَا

عَيْنُ الرِّضَا لاَسْتَحْسَنُوْا مَااسْتَقْبَحُوْا

Mereka melihat dengan mata permusuhan, Kalau saja mereka melihat dengan mata keridhoan, tentu mereka akan menganggap baik apa yang tadinya mereka anggap buruk.

كُلُّ الْحَوَادِثِ مَبْدَأُهَا مِنَ النَّظَرِ

وَمُعْظَمُ النَّارِ مِنْ مُسْتَصْغَرِ الشَّرَرِ

Segala malapetaka yang terjadi, berhulu dari sebuah pandangan mata,

Seluruh azab di Neraka, berawal dari urusan kecil yang tidak terduga.

اَللَّهُمَّ اغْفِرلِي ذَ نْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ وَجُلَّهُ وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلاَ نِيَتَهُ وَسِرَّهُ

“Ya Allah, ampunilah semua dosaku, dosa yang kecil dan yang besar, yang pertama maupun yang terakhir dan yang nampak maupun yang samar.” (HR. Muslim)[14]

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Jiwa yang menolak patah

Mengapa ada orang yang mampu terus berjalan meski cobaan menghantamnya bertubi-tubi? Namun kenapa juga yang lainnya justru patah, meski nampaknya ujian dan derita yang is terima relatif lebih ringan? Ada banyak sebab tentu. Tapi salah satunya adalah, karena orang-orang yang mampu melangkah terus, yang tidak mundur dan tidak berhenti, adalah orang-orang yang “kreatif”. Jiwa-jiwa mereka kreatif menemukan celah dan terobosan untuk menjaga diri agar tidak patah, agar tidak berhenti. Tentu, di dalamnya ada sebentuk cinta dari Allah swt, sehingga mereka menemukan kunci-kunci untuk tidak berhenti karena cobaan dan nestapa apa pun. Dan, kunci penyangga itu ternyata ada di mana-mana.



Ia Tidak Berhenti, Karena Cinta Ternyata di Sekelilingnya



Laki-laki itu pejabat tinggi suatu perusahaan swasta, berusia 40-an, belum menikah.

Beberapa tahun lalu, ia menuturkan kisah hidupnya yang paling rahasia dalam sebuah harian nasional, demi berbagi dengan seorang yang tertimpa pengalaman buruk mirip yang pernah ia alami. Laki-laki itu membaca dalam rubrik konsultasi, tentang anak muda yang merasa dirinya kotor dan hidupnya berakhir, karena menjadi korban pelecehan seksual temannya sendiri.



Ternyata, laki-laki 40-an tahun itu, semasa SD, pernah diperlakukan sama. Saat itu ia tengah berwisata di pantai bersama guru dan teman-teman sekolahnya. Tiba-tiba ia dipanggil beberapa kakak kelas. Ia menduga akan diajak bermain bersama. Ternyata, di tempat yang jauh dari keramaian, ia mengalami pelecehan seksual, di bawah todongan pisau. Ia sangat terpukul, hingga menangis terus dan mengubur diri di dalam pasir. Sampai sore datang, dan guru serta teman-teman lain yang mencarinya, menemukannya masih di dalam pasir, gemetar.



Bertahun-tahun ia mencoba melupakan peristiwa tragis itu. Ada masa di mana ia merasa sangat membenci para pelaku, yang masih kanak-kanak itu. Ada masa ia merasa tidak sanggup melihat orang lain. Namun pada akhirnya ia mencoba sesuatu yang amat sulit, memaafkan. Satu kata yang terus ia ucapkan hingga dewasa, “maafkan, maafkan.” Ia menduga, mereka pun punya masa lalu yang kelam, boleh jadi mereka sebelumnya pernah pula menjadi korban.



Ternyata itulah yang menjadi titik balik ia membuka hatinya untuk melihat sisi lain dunianya. Sebelum “terbangun”, ia tidak mampu membuka dirinya untuk orang-orang terdekat, untuk orang tuanya, untuk adik dan kakaknya yang kesemuanya sudah menikah. Hingga dewasa, ia amat penuh dengan laranya sendiri, dan kehilangan waktu untuk peduli pada lingkungannya. Ia tenggelam dalam dunia kerja, menghasilkan uang berlimpah, yang tak kunjung membuatnya “sembuh”.



Kemudian, sewaktu ia memberi perhatian dan kasih sayang pada keluarganya, terutama pada para keponakannya, ia menemukan mutiara cinta ternyata ada di mana-mana. Kini, setiap ia datang ke rumah saudara-saudaranya, anak-anak mereka menyambutnya dengan kegembiraan yang polos. Di sanalah, ia merasa bisa berlabuh, menemukan kebahagiaannya, menemukan kesembuhannya. Malah, oleh keluarganya, ia dijadikan “kepala” keluarga, termasuk oleh ayah ibunya. Ternyata, mereka telah lama memendam cinta untuknya. Laki-laki itu pun tidak kalah, jiwanya menolak untuk patah, karena cinta ternyata ada di sekelilingnya.



Ia tidak Berhenti, Karena Memilih Tegak Meski Tertatih-tatih



Betapa kerasnya kehidupan di ibukota. Ini tidak dipungkiri siapa pun. Namun, di Jakarta pula, kita bisa menemukan manusia-manusia yang mampu tegak, meski hidupnya diselang-selingi “kejutan” yang tak nyaman. Di halte pasar di bilangan Tebet Timur, Jakarta Selatan, misalnya. Sepasang suami istri sejak belasan tahun berdiam di kios rokok dan minuman dingin yang sekaligus dijadikan tempat tinggalnya.



Modal yang seadanya, masih harus menanggung hutang para awak bus yang kerap mangkal di sana. Mereka pun masih harus membayar berbagai pungutan demi keamanan. Termasuk ke pejabat lokal, demi perijinan. Semua itu, bahkan sudah dijalani sang istri sejak ibunya masih hidup. Ia dibawa ibunya merantau ke Jakarta sejak kanak-kanak. Dan, kios itu adalah warisan ibunya, sebelum wafat. “Jenazah si Mbok kami bawa ke desa, di sana kan ada kuburan desa. Biaya merawatnya lebih murah. Kalau di sini mahal, nggak sanggup bayar,” tuturnya.



Siang itu, percakapan rutin terdengar di halte. “Kapan utangnya dibayar? Udah banyak nih, udah 30 ribu,” tutur sang istri pada seorang supir, yang tengah memarkir busnya di depan halte. Sang awak nampak terkejut, seolah tak percaya. “Masak sebanyak itu?” Perempuan itu melanjutkan, “Ini ada catatannya.” Suaminya, yang tengah beristirahat di dalam kios, terbangun dan membenarkan istrinya. “Yah, nanti dibayar,” itulah akhirnya jawaban sang awak bus. “Kalau begini terus, modalnya bisa habis,” ujar perempuan itu perlahan.



Meski sehari-hari harus hidup amat prihatin, namun seperti diakui perempuan itu, ia merasa masih mampu bertahan. “Memang pemasukan sedikit sekali, kami sering terpaksa makan apa adanya, tapi kami masih bisa bertahan. Di kota besar kayak Jakarta, itu sudah bagus kok,” ujar sang istri.



Demikianlah. Meski tersendat-sendat, mereka sudah memilih.



Ia Tidak Berhenti, Karena Harus Menjadi Pelita Lingkungan



Boleh jadi, pilihan untuk tidak berhenti, didesak pula oleh lingkungan. Namun, tidak semua orang menyambut desakan ini. Waras Soebroto, penduduk desa Kedung Rejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, adalah orang yang mengambil desakan ini. Hasilnya, ia melangkah terus, dan memberi arti positif buat lingkungannya.



Waras sudah bekerja selama belasan tahun sebagai petugas pengawas hutan lindung. Setiap bulan, ia hanya dibayar 3000 (tiga ribu) rupiah. Ia amat prihatin dengan kondisi suaka alam di Banyuwangi, yang dijarah para penebang liar. Inilah awal mulanya Waras merasa harus melakukan sesuatu: total melindungi suaka alam dengan segala kemampuannya, dengan semua waktu yang ia punya. Termasuk “memerangi” penebangan liar. Resikonya, ia sering menghadapi ancaman dari penebang liar dan pencuri kayu, bahkan kerap diisukan akan diguna-guna.



Meski begitu, Waras tidak mundur. Ia merasa tidak boleh mundur, karena lingkungannya akan tambah hancur jika ia memilih jalan itu. Secara kontinyu Waras malah mencoba meyakinkan masyarakat, tentang pentingnya menjaga suaka alam. Ia terus membangun kesadaran kolektif. Tidak tanggung-tanggung, Waras akhirnya berhasil mengamankan 6 lokasi suaka alam di daerah Banyuwangi.



Pilihan serupa diambil pula La Ode Muhammad. Ia hanyalah satu dari banyak penduduk Desa Wantimoro, Kecamatan Kabawo, Muna, Sulawesi Tenggara. Mulanya, La Ode bersama warga Suku Bajo di kampung Wantimoro tinggal di laut, di atas perahu bido. Suku Bajo memang menjadikan laut sebagai sumber pencaharian, bahkan sebagai tempat berkelana. Namun, kehidupan mereka lama-kelamaan terjepit, akibat potensi ikan makin merosot.



Dalam situasi ini, kekhawatiran soal masa depan menghinggapi mereka. Hingga La Ode tersadar, ia mesti melakukan sesuatu. Lantas, ia mengajak suku Bajo untuk menetap di darat dan bertani dengan pola sanitasi. Mereka berhasil. Ratusan kepala keluarga telah mengubah pola hidupnya, dan mereka mampu bertahan, bahkan tingkat ekonominya terus membaik. Warga menganggap La Ode Muhammad sebagai pelita lingkungannya. Bagi La Ode dan Waras, mereka tidak kalah justru karena lingkungannya.



Ia Tidak Berhenti, Karena Ia Punya Mimpi



Namanya Az Zamakhsyari. Ia seorang ulama terkenal, ahli dalam banyak ilmu pengetahuan agama. Namun, ia lebih terkenal sebagai tokoh ilmu nahwu (gramatika bahasa Arab). Menjadi ahli dalam ilmu bahasa bagi Az Zamakhsyari adalah keberhasilan yang boleh dibilang sebagai prestasi dan kesuksesan luar biasa dalam menghadapi rintangan. Betapa tidak, sejak kecil ia telah mempelajari ilmu nahwu, tetapi hingga menginjak remaja ia tak kunjung paham dengan ilmu yang dipelajarinya.



Bayangkan, selama bertahun-tahun belajar untuk membedakan antara subyek (mubtada) dan obyek (khabar) saja ia tidak bisa. Sementara teman-temannya, hampir semuanya telah mengusai ilmu itu. Bahkan ada di antara mereka yang diberi tugas untuk mengajar adik-adik kelas mereka.



Kenyataan ini nyaris membuat Az Zamakhsyari putus asa. Ia merasa malu dengan usianya yang semakin tua tetapi belum tahu apa-apa, apalagi ia harus duduk dan belajar bersama anak-anak yang jauh di bawah usianya. Di tengah kegalauannya ia berniat meninggalkan sekolah, pergi merantau untuk mencari ilmu di tempat lain.



Setelah cukup jauh berjalan, ia mampir berteduh di sebuah rumah. Ketika sedang beristirahat sambil menyandarkan punggungnya di tembok, ia melihat seekor semut kecil sedang menggigit sisa kulit korma. Semut itu berusaha menarik kulit korma yang ukurannya lima kali lipat lebih besar dari tubuhnya, ke lubang di tembok itu. Berkalikali ia melakukannya namun selalu gagal, kulit korma selalu jatuh ke tanah. Az Zamakhsyari terpaku melihat kelakuan semut itu, yang mempunyai keuletan mengagumkan.

Setelah berkali-kali gagal, ternyata sang semut berhasil membawa naik kulit korma itu. Saat itu muncullah pemikiran dalam benak Az Zamakhsyari, “Seandainya aku melakukan seperti yang dilakukan semut ini niscaya aku juga akan berhasil.” Setelah mengucapkan itu, ia memutuskan kembali ke sekolahnya dan membatalkan niatnya untuk merantau. Hasilnya, Az Zamakhsyari benar-benar meraih impiannya. Ia menguasai ilmunya sedemikian rupa. Bahkan, ia menjadi tokoh nahwu yang sangat disegani.



Mimpi dan cita-cita, yang di dalamnya termaktub tekad, semangat dan kerja, memang seringkali membuat orang tidak mau berhenti. Bahkan, seekor semut pun, menghayati semangat ini. Apatah lagi, kita, manusia.



Ia Tidak Berhenti, Karena Batinnya Kaya



Seorang perempuan kurus berkulit gelap tampak duduk di depan “rumahnya” di sebuah pojok Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan. Dari cangkir plastik yang tak lagi bersih, ia menikmati betul seruputan demi seruputan kopi hangat. “Rumah” perempuan itu hanya susunan papan berbagai bentuk dan ukuran. Ada yang berasal dari kotak kayu yang biasa ditemukan di pasar, ada pula yang memanjang. Bagian yang menjadi atap rumah ditutupi selembar terpal warna biru untuk menghalangi kucuran air saat hujan datang. Antara atap dan lantai hanya ada jarak satu meter. Karenanya, setiap kali keluar masuk “rumahnya” perempuan itu harus membungkuk-bungkuk.



Di ambang pintu yang rendah, sebuah papan penggilasan pakaian dipasang sebagai jembatan. Di bawahnya, selokan kecil meliuk mengalirkan air berwarna hitam kehijauan. Dalam keterbatasan ruang di halaman yang lebarnya hanya setengah meter, ia tampak berusaha mempercantiknya dengan lima pot tanaman yang terbuat dari bekas wadah cat tembok. Kelimanya diatur berjajar memanjang. Jadilah gerbang. Sayangnya, daun-daun tanaman dalam pot itu nyaris habis dipatuki ayam peliharaannya yang tak banyak jumlahnya.



Maryati, nama perempuan itu. Wajahnya sudah berkerut-kerut meski usianya belum genap 40 tahun. “Saya sudah 25 tahun tinggal di sini,” katanya sambil menyebut usianya sendiri, 37 tahun. Ia tinggal bersama suaminya. Karena sempit, Maryati hampir setiap malam tidur di luar rumah. Beralaskan karung dan selembar kain. Kadang tidur di “halaman” dan kadang tidur di atas tumpukan rangka besi besar di samping “rumah”.

“Syukurlah ada besi-besi itu. Kalau air sungai meluap ya cukup terlindungilah, enggak hanyut,” kata Maryati. Meski harus tinggal di “rumah” sempit di lokasi yang tak sewajarnya, dalam setiap pembicaraannya Maryati selalu mengucap syukur. “Alhamdulillah, saya masih punya rumah. Kalau enggak di sini, mau di mana lagi? Di kampung saya di Indramayu saja masih tinggal di rumah saudara,” katanya. “Maklumlah, orang kecil,” lanjutnya.



Untuk hidup sehari-hari, Maryati berjualan sayur di dekat terowongan Manggarai. Setiap bulan ia mengirim sedikit uang untuk dua anaknya di kampung. Sekali dalam dua hari, Maryati biasa pergi ke Pasar Induk Kramat Jati atau Pasar Minggu. “Beli cabai, tomat, sayur juga,” katanya. Namanya berjualan, risiko rugi sudah sangat dia pahami tanpa mengeluh. “Nggak apa-apa kalau rugi, udah risiko,” begitu ia menyebut.



Penghasilannya yang minim masih harus dikurangi untuk biaya hidup rutin yang tak bisa dia hindari, misalnya untuk mandi, mencuci, dan buang hajat di WC umum. “Kami mandi bayar di kamar mandi umum, air juga harus beli,” ujar Maryati, yang lagi-lagi mengucapkan syukur sewaktu menceritakan ada penghasilan tambahan selain berjualan sayur.



Meski hidup serba prihatin dan mesti menghadapi berbagai situasi yang tidak nyaman, Maryati tak goyah. Ia tetap tinggal di gubuk kecilnya. Tetap berjalan terus mencari nafkah, bahkan tetap berbagi rejeki dengan keluarganya di desa. Keyakinannya, kalau memelihara waktu-waktu shalat ia akan selalu aman. “Kalau kita shalat lima waktu, pasti aman deh,” katanya sambil tersenyum.



Melihat Maryati, kita serasa melihat potret kekayaan batin. Ini adalah kekayaan hakiki, yang membuat manusia tidak patah, tidak kalah. Sampai kapan pun. Wallahu’alam