Jumat, 13 April 2012

KETIKA INDUK BINATANG BERBICARA TENTANG CINTA (AMAZING!!! -FULL PICS-)


Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Allah menjadikan rahmat itu seratus bagian. Sembilan puluh sembilan ditahan disisi-Nya untuk dibagikannya kelak di hari akhirat, sedangkan yang satu bagian diturunkan-Nya ke bumi untuk dibagi kepa da seluruh makhluk yang ada di muka bumi. Dengan rahmat yang satu bagian itu seluruh makhluk saling menyayangi sampai-sampai engkau melihat seekor induk binatang mengangkat kakinya karena khawatir anaknya terinjak olehnya.” (HR Mutafaqun Alaihi)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ketika kami bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam berpergian dan Rasulullah sedang pergi berhajat, kami melihat seekor burung yang mempunyai dua anak, maka kami ambil kedua anaknya kemudian datanglah induknya terbang diatas kami, maka datang Nabi shalallahu alaihi wasallam dan bersabda: “Siapakah yang menyusahkan burung ini dengan mengambil anaknya? Kembalikan kepadanya anaknya.” (HR: Abu Dawud).

Dari Amir Ar-Raam, Ia dan beberapa sahabat sedang bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam Tiba-tiba seorang lelaki mendatangi kami, kata Amir Ar-Raam. Lelaki itu dengan kain di atas kepalanya dan di tangannya terdapat sesuatu yang ia genggam.
Lelaki itu berkata, “Ya Rasulullah, saya segera mendatangimu saat melihatmu. Ketika berjalan di bawah pepohonan yang rimbun, saya mendengar kicauan anak burung, saya segera mengambilnya dan meletakkannya di dalam pakaianku. Tiba-tiba induknya datang dan segera terbang berputar di atas kepalaku. Saya lalu menyingkap kain yang menutupi anak-anak burung itu, induknya segera mendatangi anak-anaknya di dalam pakaianku, sehingga mereka sekarang ada bersamaku.”
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berkata kepada lekaki itu, “Letakkan mereka.”
Kemudian anak-anak burung itu diletakan. Namun, induknya enggan meninggalkan anak-anaknya dan tetap menemani mereka.
“Apakah kalian heran menyaksikan kasih sayang induk burung itu terhadap anak-anaknya?” tanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam kepada para sahabat yang ada waktu itu.
“Benar, ya Rasulullah” jawab para sahabat.
“Ketahuilah,” kata Rasulullah shalallahu alaihi wasallam “Demi Dzat yang mengutusku dengan kebenaran, sesungguhnya Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba- Nya melebihi induk burung itu kepada anak-anaknya.”
“Kembalikanlah burung-burung itu ke tempat di mana engkau menemukannya, bersama dengan induknya,” perintah Rasulullah. Lelaki yang menemukan burung itupun segera mengembalikan burung-burung itu ke tempat semula.
Begitulah Akhlak terhadap hewan yang diajarkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Bahkan, membunuh hewan tanpa alasan yang hak, Rasulullah menggolongkan suatu kezhaliman. Kabar ini datang dari Abdullah bin Amr bin Ash, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membunuh seekor burung tanpa hak, niscaya Allah akan menanyakannya pada hari Kiamat.”
Seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, apakah hak burung tersebut?”
Beliau menjawab, “Menyembelihnya, dan tidak mengambil lehernya lalu mematahkannya.” (HR. Ahmad, hadits nomor 6264)
INDUK KERA MENYELAMATKAN ANAKNYA DARI SERANGAN ANJING
INDUK AYAM MENYELAMATKAN ANAKNYA DARI SERANGAN ANJING
INDUK TUPAI MENYELAMATKAN ANAKNYA DARI SERANGAN ANJING
INDUK SINGA MENYELAMATKAN ANAKNYA YANG JATUH KE JURANG
INDUK GAJAH MENYELAMATKAN ANAKNYA DARI TERKAMAN BUAYA
MENYELAMATKAN INDUK DAN BAYI GAJAH DARI LUMPUR
Kisah Abu Abdillah Al-Qalanisi dengan Seekor Gajah
Dalam sebuah perjalanan Abu Abdillah Al-Qalanisi dengan mengendarai perahu, tiba-tiba angin kencang menggoncangkan perahu yang ditumpanginya. Seluruh penumpang berdoa dengan khusyuk demi keselamatan mereka dan mereka mengucapkan sebuah nazar.
Para penumpang berkata kepada Abu Abdillah, “Masing-masing kami telah berjanji kepada Allah dan bernazar agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kami. Maka hendaknya kamu juga bernazar dan bersumpah kepada Allah.” Dia menjawab, “Aku ini orang yang tidak peduli dengan dunia, aku tidak perlu bernazar.”
Tetapi mereka memaksaku. Lalu aku bersumpah, “Demi Allah, sekiranya Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkanku dari musibah yang menimpaku maka aku tidak akan makan daging gajah.”
Mereka bertanya, “Apakah boleh bernazar seperti itu? Apakah ada orang yang mau makan daging gajah?” Aku menjawab, “Itulah pilihanku, semoga Allah memberi ganjaran atas lisanku yang mengucapkan kata-kata itu.”
Benar, tidak lama kemudian kapal itu pecah. Para penumpang terdampar di sebuah pantai. Berhari-hari kami berada di pantai tersebut tanpa makan sesuatu pun.
Ketika kami sedang duduk beristirahat, ada anak gajah lewat di depan kami. Mereka menangkap anak gajah tersebut, menyembelih lalu memakannya. Mereka menawariku makan seperti mereka. Aku menjawab, “Aku telah bernazar dan bersumpah kepada Allah untuk tidak makan daging gajah.”
Mereka mengajukan alasan, bahwa aku dalam keadaan terpaksa, sehingga dibolehkan untuk membatalkannya. Aku menolak alasan mereka, aku tetap memenuhi sumpahku. Setelah makan, mereka merasa kenyang lalu tidur.
Pada saat mereka tidur, induk gajah datang mencari anaknya, ia berjalanan mengikuti jejak anaknya sambil mengendus-endus. Hingga akhirnya ia menemukan potongan tulang anaknya .
Induk gajah itu pun sampai di tempat perisitirahatan kami. Aku memperhatikannya. Satu demi satu orang dia ciumi. Setiap kali ia mencium bau daging anaknya pada orang itu, maka orang itu diinjak dengan kaki atau tangannya sampai mati. Kini mereka semua telah mati.
Tiba saatnya induk gajah mendekatiku, ia menciumku tapi tidak mendapatkan bau daging anaknya pada diriku. Lalu ia menggerakkan tubuh bagian belakangnya, ia memberi isyarat, kemudian mengangkat ekor dan kakinya.
Dari gerakan tubuh gajah itu aku mengerti bahwa ia menghendaki agar aku menungganginya. Lalu aku naik, duduk dia atasnya. Ia memberi isyarat agar aku duduk dengan tenang di atas punggungnya yang empuk. Ia membawaku berlari kencang, sehingga malam itu juga tiba ku di sebuah perkebunan yang banyak pepohonan. Ia memberi isyarat agar aku turun dengan bantuan kakinya, maka aku pun turun. Kemudian ia berlari lebih kencang daripada larinya saat ia membawaku tadi.
Di pagi hari, aku menyaksikan di sekelilingku terdapat hamparan sawah, perkebunan, dan sekelompok orang. Orang-orang tersebut membawaku ke rumah kepala suku. Juru bicara suku itu memintaku berbicara. Kemudian, aku ceritakan tentang diriku dan kejadian yang dialami sekelompok orang dan rombongan dalam perahuku.
Juru bicara itu bertanya kepadaku, “Tahukah kamu berapa jauh jarak perjalananmu dengan seekor gajah itu?” Aku jawab, “Tidak tahu!” Ia menjawab, “Sejauh perjalanan selama 8 hari! Sementara gajah itu membawamu lari hanya dalam satu malam.”
Selanjutnya, aku diperkenankan tinggal bersama mereka di desa tersebut sehingga aku mendapat pekerjaan. Setelah itu, aku pulang ke kampungku. (Al-Hilyah: 10/160. Sumber: 99 Kisah Orang Shalih, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, Darul Haq, Cetakan ke-5, Shafar 1430/2009).
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga bersabda
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَانُ، اِرْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Para pengasih dan penyayang dikasihi dan di sayang oleh Ar-Rahmaan (Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang-pen), rahmatilah yang ada di bumi niscaya kalian akan dirahmati oleh Dzat yagn ada di langit” (HR Abu Dawud no 4941 dan At-Tirmidzi no 1924 dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam as-Shahihah no 925).
BONUS:
SADIS!! MENCULIK ANAK DAN MEMBUNUHNYA DI HADAPAN IBUNYA!
Pada suatu pagi, Ibu bebek membawa anak2nya untuk berenang di danau yang sejuk.
Tiba-tiba datang seekor burung bangau besar, dan membuat keluarga itu takut bukan kepalang.
Karena panik, mereka tercerai berai dan satu anak terpisah jauh dan langsung ditangkap oleh sang bangau besar.
Ternyata si bangau memang datang untuk memangsa salah satu anak bebek dan dengan mudahnya ia mencengkeram si anak bebek yang kecil itu dengan paruhnya yang kuat.
Sang ibu bebek berusaha untuk menghalau si bangau dengan harapan anaknya akan dilepaskan.
Tapi apa dayanya…? Sang bangau memang terlalu besar dan kuat untuknya.
Ibu bebek tetap berusaha menghalau sang bangau, tapi tetap saja… ia tak berhasil.
Saat sang bangau terbang menjauh, si ibu bebek mengejarnya.. tetap dengan harapan yang mungkin sia-sia… agar ia dapat menyelamatkan anaknya.
Akhirnya sang bangau berhenti dengan si anak bebek tetap berada di paruhnya sambil melihat ke arah ibu bebek. Dengan jambul yang meninggi ia memberi tanda bahwa ia mulai marah dan tidak akan segan-segan menyerang si ibu bebek. Si ibu bebek memandangi sang bangau dengan pandangan memelas untuk meminta belas kasihan sang bangau karena ia tau bahwa melawan memang tak mungkin baginya.
Apa yang akhirnya dilakukan sang bangau…??? apakah ia akan melepaskan anak bebek itu demi rasa kasihan kepada sang ibu yang tengah memandangnya dengan pandangan memelas…???
Sang bangau…
kemudian…
melakukan…
hal…
yang …..
.
.
.
.
Sadis!!!!… Anak bebek itu akhirnya ditelan di hadapan ibunya…!!!

Tidak ada komentar: